Seharusnya aku mencintai-MU dulu

on Tuesday, September 25, 2007

Salam hangat,
Sepulang dari syuro terus ke kampus, browsing sambil mengerjakan tugas S2.Iseng-iseng masuk ke beberapa blog mahasiswa, dan ada tulisan yang membuatku penasaran,dan tidak percaya karena ada ucapan selamat pernikahan untuk seorang temen (menurut saya) saya. Yang membuat kaget, kenapa ko tidak memberi info, apa susahnya sekedar meng-sms yang,maaf cuma 300-400 rupiah. Masih belum percaya,maka terus coba-coba browsing lagi.
Sungguh Allah maha besar, teliti dan adil. Disinilah kita harus percaya, dan bukan oleh akal semata , tapi hati adalah kuncinya, bahwa hati itu urusan Allah.

Disisi lain ternyata menumbuhkan semangat baru bagiku, yang artinya akan menjadi 'bahan bakar' baru untuk lebih giat memperbaiki diri. Meski kecewa ada, tapi alhamdulillah syukur atas hikmah ini adalah lebih besar, karena aku makin sadar, harusnya diri ini sudah memiliki prioritas dan tujuan yang jelas serta mampu dipertanggungjawabkan sesuai alur kedewasaaan.

Lebih lanjut, akan mengikis cinta ke makhluk yang nisbi,karena terbukti cinta makhluk ada batasnya, ada bohongnya ,ada basinya, sementara cinta Allah maha luas tak terbatas. Memperhatikan kondisi ini,sepatutnya sadar, sesuai ikrar kita, bahwa Tuhan kita adalah Allah, Allah semata. Artinya ketika muncul bibit-bibit akan menduakan cinta ke makhluk, maka bukan tidak mungkin Allah akan 'cemburu'.

Ini akan jadi pengingat diri yang tepat, menyandarkan ikrar, bahwa mencintai itu tidak selamanya harus memiliki, dan selayaknya kita belajar mencintai Allah dengan benar, sehingga representasi kecintaan kita kepada-Nya akan muncul pula kecintaan makhluk kepada kita.

Seringnya kita membalik premis ini, kita berusaha keras mengejar cinta makhluk dari segala arah dengan harapan dapat tercapai mudah. Alangkah kerdilnya jiwa ini, ketika tidak bisa menerima cinta seorang makhluk, lantas harus putus asa ? tidak !!!
Karena setiap kita sudah ada calon pasangannya, tinggal kita pilih mau yang baik atau tidak. Kalau mau yang baik, lantas sudah baikkah diri kita? mari intropeksi (ini buat saya sendiri) :).

Tidak usah khawatir atau gentar, ladang amal masih terbuka lebar, mari singsingkan tangan, menuntut ilmu dengan giat dan benar,lanjutkan perjuangan islam, Yakinlah Alllah akan menyediakan balasannya. harus yakin !

Untuk mursyid, ana mohon maaf, sering ana mengedepankan akal, begitupun untuk ustadz, ana mohon maaf juga karena sering tidak (belum) serius untuk masalah munakahat ini.
InsyaAllah, ana belajar dari kebodohan dan kesalahan diri untuk tidak diulangi lagi. Untuk sahabat-sahabat,terimaksih atas dorongan semangatnya.
Bismillah .......ana akan memulai lagi langkah dan belajar kembali untuk dakwah.

0 komentar:

Post a Comment