Salam hangat,
Marhaban ya Ramadhan,
Senang dan sedih adalah kondisi yang diskrit, yang bisa kita analogikan dengan kondisi logika 1 atau 0. Begitupun kehidupan ini, pasti akan ditemani dengan dua kondisi ini. Kondisi ini muncul sebagai sebuah ujian, meski sebagian besar dari kita menganggap hanya kesedihan-lah yang jadi ujian, sementara kesenangan adalah hal yang biasa-biasa saja.
Pemikiran seperti ini tidak salah, tapi mari coba kita renungkan kembali,barangkali Allah menguji kita, tentunya punya tujuan yang sudah terencana. Layaknya mahasiswa yang harus mengikuti ujian, tentu salah satu hasilnya adalah nilai, pun demikian untuk manusia. Sudah jelas bahwa hanya orang-orang yang teruji-lah (jasmani dan rohani) yang akan mampu mencapai kemuliaan hidup. Dengan ujian pula akan diharapkan suatu perubahan yang jelas, dari pola pembinaan,pembelajaran, bukankah hakikat kehidupan ini adalah belajar ?
Ujian dengan kesedihan : sangat mudah dikenali lewat variabel-variabel yang muncul,ujian ini membuat orang sadar atau membuat orang makiin tidak sadar. Misalnya saja ujian dengan kekurangan keuangan, hal ini akan membuat orang giat bekerja atau malah bekerja dengan menghalalkan segala cara. Dua opsi ini akan muncul sebagai implikasi dari kondisi ini.
Ujian dengan kesenangan : Ujian ini samar, artinya mata hati-lah yang selayaknya dapat menilai dengan bijak, karena banyak orang terjerumus lewat ujian ini. Misal saja lewat popularitas, harta berlimpah, pangkat,jabatan dan lainnya. Ujian ini variabelnya nisbi, susah untuk dikenali. Banyak sudah kisah orang taat malah jadi sesat karena mengikuti hawa nafsunya, cinta dunia dan takut mati.
Mari kita renugnan sejenak, kita sekarang berada pada level mahasiswa atau dosen, dengan atribut ini, kita jadi bangga ,karena ini hanya bagian kecil dari total masyarakat kita yang tertinggal dalam pendidikan. Kedua, kita kuliah sebagian besar dari beasiswa ADB(Ayah Dan Bunda), dan seringnya kita kurang efisien dalam pengelolaan dana, sering mentraktir temen, anak orang dan hura-hura semaunya. Padahal tidak semua orang tua kita dari keluarga mampu, maaf, mungkin ada yang harus jual itu dan ini agar anaknya dapat kuliah.
Setelah dana, kita dibekali dengan motor untuk berangkat kuliah, bahkan mobil. Pada perkembangannya kita punya HP,Desktop PC bahkan Laptop. Tapi, kita jarang sadar bahwa ini semua ujian, seringnya menganggap ini adalah anugrah saja. Tidak salah, tapi Allah maha cerdas untuk menguji, jadi tidak ada alasan untuk merasa aman dari tipu daya-Nya.
Dengan demikian, mari kita luruskan niat,tingkatkan semangat, bahwa setiap saat kita di Uji, baik sendiri atau berjamaah, baik di kampus atau di rumah. Kita harus siap, agar dapat melewati ujian ini dan mendapatkan nilai terbaik. Yakinlah, jika kita bersungguh-sungguh Allah akan memberikan balasan lebih dari yang kita perhitungkan.
Jangan bersedih, karena ujian kesedihan atau kesenangan hanya sementara dan silih berganti,Allah sudah jelas bahwa siang dan malam saja bergantian. Kalu kita gagal dalam mata kuliah dan harus mengulang, syukuri saja, karena kita jadi bisa ketemu dosen lebih dari temen-temen kita yang hanya 1 kali :), materinya juga insyaAllah lebih terkuasai. Atau gagal dalam mencari kerja, jangan patah semangat lalu minggat, kalau kita gagal melamar kerja mungkin kita bukan tipe pekerja (kuli), siapa tahu tipe pembuat pekerjaan. Atau kalau kita "gagal" menikah dengan seseorang yang diinginkan, InsyaAllah Allah sudah menyiapkan penggantinya, asal kita bisa lebih baik pasti ada yang terbaik. Yakinlah ketika Allah mengambil sesuatu dari kita, Allah siap memberi sesuatu lagi ke kita, tinggal kitanya,siap atau tidak untuk mensyukurinya.
Langkah selanjutnya adalah perbaiki. Perbaiki segalanya, karena hidup harus selalu meng-update ilmu dan derivasinya menjadi amal. Today must be better than yesterday, and tomorrow must be better than today Sahabat, dengan adanya dua bentuk ujian ini, mari siapkan diri agar menjadi muslim berprestasi.
Semoga bermanfaat.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 komentar:
Post a Comment