Salam hangat,
" Yang berbahaya itu adalah : Bukan komputer mampu berfikir seperti manusia, tapi,...manusia yang berfikir seperti komputer "
------------------------------------------------------------------------------
Akhir november ini, saya (dan hampir seluruh rekan lainnya) memilki aktifitas tambahan pada bagan masing-masing,apapun bentuk tambahan pekerjaan itu.Kami cukup tersentak, dengan datangnya surat keputusan yang baru mengenai absensi.Bukannya kami tidak siap menjadi seorang profesional, tapi menurut hemat saya, profesionalisme itu akan lahir dari hati nurani dan keihklasan serta kecintaan pada pekerjaan tersebut ,bukan dipaksa tanpa alasan yang dapat diterima oleh nurani pun oleh akal sehat.Khusus peraturan mengenai absensi yang terasa kaku,saya akan mencoba mengemukakan beberapa alasan yang mungkin dapat kita pikirkan bersama,yaitu:
1. Lahirnya peraturan ini, menurut saya lebih dikarenakan oleh dosen atau karyawan yang "nakal", misal datang subuh ,lalu absen..terus pergi kemana gitu, datang lagi ba'da isya,lalu absen lagi dan pergi lagi, menganggap kantor seperti "terminal" absen saja, dan ini hanya dilakuakn oleh sedikit orang yang hati dan akalnya sudah sakit, atau mungkin sudah mati ?
2.Peraturan jangan dijadikan "hukuman", yang terasa menimpa semua pihak,baik dosen ataupun karyawan,lebih baik, hukum saja mereka yang "nakal" dan merugikan Kampus kita tercinta ini dengan bijak.
3.Dapat kita bayangkan,jika ada dosen yang akan mengajar pagi,sekitar jam 07.00, lantas ada 1 orang dari tiap jurusan, misal ada 15 jurusan,menurut saya akan ada kemungkinan bottle neck, atau penumpukan. Hal ini akan menggangu efektifitas kerja,meurujuk ke awal, bagaimana kita bisa profesional kalau waktu datang saja sudah telat?
4.Jika ada dosen yang mengajar di lantai atas, misal 560X, mulai jam 13.00-15.15, berarti harus turun dulu, bayangkan jika sedang ujian..pasti akan dijadikan momen indah bagi mahasiswa/i yang hobby dan kabisana nyontek jeung nyontek, we.ih....ngeri kan..
4.Bagi mereka yang sedang sekolah, mungkin absen tidak masalah, tapi bagi yang rutin kerja untuk penelitian (tidak sedang sekolah), harus sampai malam bahkan nginap, misal saja lupa absen, apakah itu akan disebut tidak produktif kerja? lantas apa parameternya produktifitas kerja itu ?
5.Sepengalaman saya sewaktu kerja di industri yang cukup besar (PT.Samsung Electronics Indonesia, Divisi CDROM), justru saya merasakan kemudahan dalam absen,karena absensi terdistribusi di bagian masing-masing, yang jelas menjelang waktu tutup buku, baru masing-masing sekertaris bagian menginput data absensi itu ke pusat,ngak susah karena lewat jaringan...apalagi jaman sekarang,,mungkin harusnya lebih baik ya..:).
6.Kenapa harus bertenggat waktu ? bukankah belajar itu harusnya tidak berbatas waktu? maaf, interpretasinya bukan harus semena-mena dikampus tapi teu pararuguh gawe,kalau sudah jelas pekerjaannya,menurut saya dengan adanya "batasan" waktu ini akan sedikit menurunkan kefleksibelan kerja...
7. Orang akan merasa kerja lebih dari orang pabrikan(lihat poin 6),karena ya..itu tea waktunya..
8. Sepertinya, mesin absensinya lebih enak/nyaman yang sebelumnya, karena tidak berisik, sekarangmah gandeng pisan, apalagi kalau gagal,bikin malu atau bikin asam urat kambuh..huh
9. Sebaiknya,peraturan ini ditinjau kembali, toh saya yakin hanya sedikit orang yang malas, karena sebagian besar pasti cinta kepada Kampus ini,sehingga porsi waktu kerjanya juga ingin sesuai.
10. Gimana kalau mesin absensinya mirip lab.robotika..pake RF ID, mungkin lebih baik, dosen lebih fleksibel, dan lebih "gaya", tapi oge nyakola..
11. Jika ada CS bekerja ,datang pagi atau pulang malam karena ngaleumbur tea, akan sedikit membuat mereka lebih pusing. sudah pusing dengan sampah yang berserakan atau asap rokok yang bikin asma, tbc atau darah tinggi naik, ditambah masalah absen yang sama peliknya, atau mungkin lebih ?
Lantas, kalau kita mentargetkan profesionalisme kerja, apa ikhtiar nyata kita ?
Mari berpikir dan bekerja intergratif, bukan parsial apalagi sektoral.
Selamat menikmati absensi baru, syukuri dengan semangat kerja baru, untuk perbaikan dan kemajuan.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
2 komentar:
setuju...,banget bagus memang metoda absensi seperti itu tapi klo menurut penglihatan saya kurang efektif, bagaimana klo absensi dengan basis website/portal/sejenisnya seperti yang dilakukan oleh PT.Telkom tbk, karena menurut saya metoda seperti itu akan lebih efektif karena karyawan tidak perlu repot-repot antri untuk absensi cukup duduk di depan komputer buka portal langsung bisa absensi!!!:o)
Mungkin tempat Bapak bekerja menganut faham "only pranoid survive" sehingga ketaatan, dispilin, kinerja itu sama dan sebangun dengan kehadiran. Itu bolah-boleh saja, tapi rasanya ketinggalan zaman sekali, zamannya Nazi, tsar Rusia atau Gestapo mungkin bisa.
Sepakat sekali bahwa displin, loyalitas, kinerja perlu medium kondusif untuk tumbuh, yakni Suasana AKADEMIK. (mohon maaf baiknya pak rektor atau PR-PRnya memahami dulu makna akdemik)
Post a Comment